Kalau
boleh sedikit mengutip pendapat Bunda Wening pada saat menjadi pembicara di seminar
parenting beberapa waktu yang lalu. Bahwa yang timbul dihati seorang oknum yang
disersi adalah perasaan dendam dan ingin membalaskan karena hukuman yang
diberlakukan adalah dipermalukan di depan umum. Maka efek yang timbul bukanlah
menjadi lebih baik akan tetapi seringkali malah justru menjadi penjahat.
Artinya bahwa hukuman yang efektif
adalah menumbuhkan kesadaran bahwa yang perbuatan yang dilakukan adalah salah
oleh karena itu konsekuensi yang dijalankan adalah untuk memperbaiki kesalahan.
Bukan untuk menghukum apa tah lagi untuk mempermalukan. Tidak ada alasan lain dari
diberlakukannya konsekuensi logis melainkan untuk kebaikan dan perbaikan diri
sendiri. Pertanyaannya adalah bagaimana cara yang efektif untuk memunculkan
kesadaran ini. Dan pertanyaan selanjutnya adalah setelah kesadaran itu muncul
bagaimana cara supaya yang menjalankan konsekuensi menjalankannya dengan senang
hati dan secara otomatis seketika itu juga tatkala menyadari bahwa perbuatan
yang dilakukan itu salah dan harus segera diperbaiki dengan menjalankan
konsekuensinya.
Konsep
inilah yang ingin diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas dalam
lingkup kecil dan di sekolah dalam cakupan yang lebih luas. Dimulai dengan sebuah
langkah kecil yakni pengajar secara massif menanamkan konsep ini di benak
peserta didik. Disetiap kesempatan yang memungkinkan misalnya pada saat ada
peserta didik yang melanggar peraturan yang sudah disepakati maka sebelum memberikan
konsekuensinya berikan dulu pengertian dan latar belakang kenapa ananda harus
menebus kesalahannya. Dengan dijelaskan didepan siswa yang lainnya sesering
mungkin setiap ada kesempatan maka harapannya tetes-tetes air kecil ini kelas
akan terukir jelas dikalbu para peserta didik.
Cara
menjelaskan itu penting, sebaik apapun sebuah konsep jika cara menyampaikannya
kurang tepat maka efeknya tidak akan pernah maksimal bahkan tidak menutup
kemungkinan akan kontra produktif. Mengenai betapa pentingnya cara sepenting
isi yang ingin disampaikan akan dibahas secara khusus pada bab IV “Kemasan Itu
Penting” berikutnya.
Salah
satu cara yang bisa dipakai adalah dengan bercerita atau mendongeng sambil
mensimulasikan konsep dengan melibatkan peserta secara langsung. Minta dua
peserta didik untuk maju kedepan, cara menunjuk peserta didik untuk maju
kedepan selalu dengan cara yang kreatif dan menyenangkan, misalnya dengan
menanyakan siapa yang ukuran sepatunya 40, siapa yang pekerjaan ayahnya dokter
dan lain sebagainya.
Berikan
satu buah board marker pada salah satu peserta didik dan penghapus pada peserta
didik lainya. Minta peserta didik untuk membuat coretan-coretan tidak bermakna
sejelek dan sesemrawut mungkin yang bisa dibuat oleh peserta didik pertama. Biasanya respon peserta didik lainnya yang ada
dikelas akan tertawa, biarkan sejenak mereka menikmati “akward moment”
tersebut. Segera setelah peserta didik bisa tenang bisa dimintai pendapatnya
mengenai coretan-coretan tersebut.
Apakah
itu baik ataukah itu Buruk? Apakah itu bermanfaat ataukah itu mengganggu?
Apakah itu sudah pada tempatnya? Biarkan peserta didik memberikan
pendapat-pendapatnya, sambil menyisipkan adab dalam berpendapat. Yakni harus
tertib, dengan tunjuk jari terlebih dahulu dan mulai berbicara pada saat
dipersilahkan, mendengarkan pada saat ada ada yang menyampaikan pendapatnya dan
lain sebagainya.
Setelah
itu susulkan pertanyaan, apa yang kalian lakukan kalau kalian menemukan hal
yang demikian? In syaa Allah semua jawaban akan mengerucut pada “menghapusnya”,
minta peserta didik kedua untuk menghapus semua coretan-coretan yang ada di
papan tulis menggunakan penghapus sampai semua coretan bersih terhapus.
Setelah
peragaan tersebut mulailah pengajar untuk bercerita mengenai hikmah simulasi
tersebut. Peserta didik diajak untuk memahami bahwa pada hakikatnya
kesalahan/keburukkan yang dilakukan harus dihapus dengan kebaikan yang
mengiringinya. Sebagaimana hadist nabi SAW dalam syarah hadist ke-18 Arbain An
Nawawiyah:
عَنْ أَبِي ذَرّ
جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا،
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ
حسن صحيح]
Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdurrahman, Mu’adz
bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah di
mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan,
pasti akan menghapuskannya dan bergaulah sesama manusia dengan akhlaq yang
baik”.
[HR. Tirmidzi, ia telah berkata: Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya
hasan shahih]