*) Diterbitkan di majalah Adzkia Indonesia Edisi 86 Maret 2017
Berbicara
mengenai tantangan, kita harus memahami terlebih dahulu bagaimana kondisi riil
di lapangan sehingga kita bisa menjawab tantangan menjadi kesuksesan. Baiklah
kita mulai dengan memetakan persoalan yang tengah kita hadapi di kota kita
tercinta, Purwokerto. Sebenarnya kita sudah terkepung oleh sebuah situasi tanpa
pernah kita menyadarinya, berikut adalah data tentang kota Purwokerto yang
bersumber dari data BNN. Fakta pertama, Purwokerto adalah kota kedua terbesar
di Jawa Tengah setelah Semarang dalam hal peredaran narkoba. Analisisnya,
dikarenakan di Purwokerto ada Universitas Negeri dimana banyak pendatang dari
kota besar. Selisih harga penjualan narkoba di kota besar lumayan
besar, sehingga bandar lebih suka menjualnya di Purwokerto daripada di kota
besar, sebagai gambarannya satu gram sabu dijual satu juta rupiah di Jakarta
tapi di Purwokerto harganya hampir dua kali lipatnya. Fakta
kedua, Purwokerto merupakan urutan dua terbesar dalam jumlah penderita HIV
AIDS.
Fakta lain dari kondisi terkini adalah, sekitar dua tahun yang lalu pernah ada
beberapa anak SMP Islam ternama di Purwokerto yang sebenarnya kesalahan mereka
hanya keluar malam dan bermain di rental musik, tetapi yang terjadi setelah itu
adalah mereka dipaksa masuk ke diskotik salah satu hotel berbintang dan dipaksa
menenggak minuman keras disana. Bisa jadi anak-anak yang itu adalah anak-anak
yang kita kenal, tetangga kita, murid-murid kita, anak teman kita, teman anak
kita atau bahkan anak-anak kita sendiri. Lantas sejauh mana kepedulian kita
terhadap fenomena ini. Apa yang sudah kita lakukan untuk menyelamatkan generasi
penerus bangsa. Karena seperti yang sudah dipaparkan fakta-fakta diatas arus
negatif itu banyak menyerang generasi muda kita yang notabene masih berstatus
pelajar. Apakah kita merasa tertantang dengan kondisi tersebut?
Kecenderungan
pelajar sekarang untuk mengikuti trend yang negatif memang cukup tinggi. Salah
satu bukti dari keberhasilan ghozwul fikr, yang merusak pikiran pelajar
kita sehingga menganggap bahwa budaya yang sudah jauh dari nilai-nilai agama
itu dianggap biasa. Motivasi positif yang sangat rendah dari diri pelajar ini
membuat siswa kehilangan value yang coba ditanamkan oleh
pendidikan di sekolah, nilai guru dimata siswa semakin rendah yang efeknya
penghargaan dan penghormatan siswa terhadap gurunya sangat rendah.
Kondisi yang seperti
itu diantaranya disebabkan oleh lingkungan pembentuk karakter anak. Yang
pertama adalah lingkungan yuridiksi sekolah, dimana waktu anak lebih banyak di
sekolah dibandingkan dengan di rumah. Sehingga sekolah turut menyumbangkan
peran dalam membentuk karakter anak. Yang kedua yuridiksi rumah, biasanya anak
yang mempunyai masalah di rumah (broken home), orang tua yang terlalu
sibuk, dan juga pola asuh yang terlalu memanjakan anak adalah faktor pembentuk
karakter negative pada diri anak. Ketiga yuridiksi negara (Public Area Space),
sejatinya inilah yang melatarbelakangi negara untuk mengambil kebijakkan
perubahan kurikulum, yakni kondisi kontemporer yang kita hadapi sekarang. Dan
karenanya dalam rangka menjawab tantangan kondisi terkini, dunia pendidikan
harus menyiapkan strategi yang jitu dan mengena tepat sasaran. Dan apakah
strategi untuk menjawab tantangan itu?
Kita
fokuskan pada tugas-tugas kita sebagai seorang pendidik, pertama disiplin dalam
menegakkan aturan dan tata tertib yang sudah disepakati bersama. Kedua,
menguatkan aqidah anak dengan memaksimalkan pembelajaran integratif dimana
semua materi dalam kegiatan pembelajaran dikaitkan dan disampaikan dengan sudut
pandang Al Quran dan Hadist. Contoh: pada saat menyampaikan materi IPA tentang
terjadinya hujan kita menjelaskan pula bahwa proses tersebut dijelaskan juga
dalam Al Quran, Menurut Al-Qur'an dalam surat Ar-Rum ayat 48, proses terjadinya
hujan terdiri dari tiga tahapan. "Dialah Allah yang mengirimkan
angin, lalu angin itu menggerakan awan dan Allah membentangkannya di
langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu
kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka apabila hujan turun
mengenai hamba-hambaNya yang dikehendaki, tiba-tiba mereka menjadi
gembira."
Ketiga, membangun
pembiasaan dan lingkungan yang positif, dengan biah-biah yang
mungkin pada awalnya ada kesan dipaksakan kepada siswa akan tetapi dengan
memaksakan kegiatan baik ini maka pola yang terus menerus ini akan menjadi
karakter. Contoh: buku mutabaah yang berisi: pantauan sholat lima waktu dan
sholat sunah, tahsin dan tahfidz, shoum sunah, dll. Keempat, membangun
kerjasama dan komunikasi yang baik dengan orang tua atau wali murid guna
kesinambungan antara pendidikan yang diberikan di sekolah dengan di rumah
sehingga tidak bertentangan satu sama lainnya. Keempat hal diatas adalah semangat
yang ditiupkan oleh struktur kurikulum 2013.
Hal berikutnya yang
harus kita laksanakan untuk menjawab tantangan pendidikan yang sekarang adalah
dengan menjawab semua tantangan itu dengan pendidikan Islam. Karena Islam itu
sempurna, dan melingkupi semua aspek kehidupan manusia oleh karenanya tidak ada
permasalahan apapun yang tidak bisa diselesaikan oleh Islam. Untuk menunjukkan
kepedulian kita bahwa kita memang ingin berbuat sesuatu atas kondisi
memprihatinkan generasi penerus bangsa adalah dengan memperkuat sekolah-sekolah
Islam. Karena di dalamnya diberikan penanaman nilai-nilai Islam. Merupakan
tempat mempelajari Al Quran, dari tingkat membaca, memahami sampai
mengamalkannya. Sekolah Islam merupakan tempat untuk belajar tentang kebenaran
dan akhlaqul karimah.
Kemudian
sampailah kita pada pertanyaan apa yang akan dihadapi oleh pendidikan Islam
ketika ia mencoba menyelamatkan degradasi moral generasi bangsa? Ya akan
menjadi kerja yang sangat berat bagi semua komponen yang terlibat didalamnya.
Karena tantangannya bisa dari luar, bisa berupa serangan-serangan yang
melumpuhkan dan membunuh pertumbuhannya. Atau juga dari dalam, berupa
ketidakpercayadirian dan ketidakberanian dalam menerapkan nilai-nilai Islam
dengan tegas karena takut dianggap beda atau justru sebaliknya sikap sombong
karena merasa mempunyai keunggulan dibandingkan dengan lainnya. Tetapi apapun
itu dunia pendidikan Islam telah menemukan geliatnya, dan Insyaallah inilah
yang kita tunggu untuk menjawab persoalan terkini yang banyak kita
hadapi. (Imalia Din Indriasih)
Artikel Terkait:
DESAIN KELAS SEBAGAI MOOD BOOSTER DALAM PEMBELAJARAN
BELAJAR EMPATI DARI TEMPAT SAMPAH
GERAKAN SERU! SEMUA ADALAH GURU
MENGAJARKAN ANAK BERSOSIALISASI
MOMENTUM BULAN BAHASA GIATKAN BUDAYA LITERASI SEKOLAH
TANTANGAN PENDIDIKAN ZAMAN NOW
Artikel Terkait:
DESAIN KELAS SEBAGAI MOOD BOOSTER DALAM PEMBELAJARAN
BELAJAR EMPATI DARI TEMPAT SAMPAH
GERAKAN SERU! SEMUA ADALAH GURU
MENGAJARKAN ANAK BERSOSIALISASI
MOMENTUM BULAN BAHASA GIATKAN BUDAYA LITERASI SEKOLAH
TANTANGAN PENDIDIKAN ZAMAN NOW