Tiba-tiba saja aku menangis, air
mataku tak henti-hentinya mengalir dari kedua sudutnya. Kau langsung
merengkuhku ke dadamu dan bertanya kebingungan, tidak ada apa-apa tiba-tiba
saja aku menangis. Padahal kita baru saja pulang dari makan malam diluar
bersama sekeluarga. Semua pertanyaan yang kau ajukan semuanya kujawab dengan
gelengan, tak satupun kata yang keluar dari mulutku untuk menjelaskan. Tak
satupun. Kau pun mengambil telpongenggamku, barangkali aku menangis karena itu, telpon,
sms, fb, twitter, detik tidak ada di riwayat hapeku yang menurutmu bisa
menjelaskan kenapa aku harus menangis. Kau pun semakin bingung.
Kau
makin kebingungan karena semalaman aku tak berhenti menangis bahkan ketika kau
sudah tertidur. Kau tak pernah memaksakan apapun kepadaku, jadi ketika ku tak
menjawabmu karena terlalu sibuk mengeluarkan air mata kau pun hanya memeluk dan
menenangkanku. Mungkin air mata ini keluar tanpa pernah akan ada penjelasannya
sampai kapan pun. Sampai kapan pun. Tidak kepadaku, tidak kepadamu, hanya Alloh
yang tahu.
Di
suatu malam di kebersamaan kita, (kata kakak temanku, Afifah Afra): Selimut
malam telah tergelar. Opera malam dimulai. Tikus-tikus mengasah gigi.
Maling-maling mengasah jampi. Dan penyair membait puisi… Dan aku menyesak isak
yang sulit kuhentikan meski aku tak mau menangis. Air mataku terus mengalir
hingga di penghujung malam. Air mata tanpa penjelasan…, kenapa harus keluar,
dan tak kan pernah terjelaskan.
Disuatu
malam di kebersamaan kita… cukup bagiku bahumu untuk kumenyandar dari rasa yang
tak bisa kuhindar.
Disuatu
malam di kebersamaan kita… kalau itu bukan dirimu kenapa air mataku terus
keluar tanpa bisa kuhentikan.
#bingungdramatikstadiumempat#