..............................................................................................................................................................................
Pengetahuan
dan keilmuan Imam Asy Syatibi yang multi disiplin tersebut bukanlah barang
asing dalam sejarah khazanah keilmuan kita. Sebut saja Imam Fakhruddin Ar
Razii, Imam Al Ghozali, Ibnu Sina, Al Farabi atau juga sekelompok ilmuan
dibawah payung Al Shafa dan sederet tokoh-tokoh lainnya yang menguasai berbagai
bidang ilmu, baik itu ilmu fardu ‘ain maupun ilmu fardu kifayah.
Apa
yang terjadi pada Imam As Syatibi tentulah tidak terlepas dari kehausan dan
kecintaan beliau yang tidak medikotomikan dan mendualismekan ilmu. Hal ini
terekam dalam ungkapan beliau sendiri dalam pengantar Al I’tisham, “…Sejak otakku
terbuka dalam pemahaman dan jiwaku selalu terarah untuk menelaah semua ilmu,
baik logika, syariah, ushul (pokok-pokok dalam agama) maupun furu’
(cabang-cabang dalam agama). Aku tidak pernah membatasi suatu ilmu tanpa ilmu
yang lain dan tidak mengasingkan satu jenis ilmu dari jenis yang lain, sesuai
dengan kebutuhan zaman dan kemampuan. Aku kerahkan segala kekuatan yang ada
pada diriku, bahkan aku menenggelamkan diri dalam lautannya, sebagaimana
menyelamnya orang yang pandai berenang. Aku maju ke medan peperangan
sebagaimana seorang ksatria maju untuk berperang, hingga hampir saja aku binasa
di tengah-tengah kedalaman ilmu, atau aku patah dalam kelembutannku, sebab hal
itu terlalu besar bagi orang sepertiku” (Hidayatullah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comment here