Selesai
sholat dhuhur, tak sengaja mataku tertumbuk pada sosok di depanku yang sedang
melipat mukena. Saat kumelihat tatapan kosongnya, tanpa ragu aku segera
menghampirinya. Kusentuh bahunya, “believe
me I know how’s your feeling right now… I’ved been there.” Sahabatku itu masih
terdiam… speechless tidak tahu harus
berkata apa. “At the first my heart
refused it… but finally I could compromised with my feeling” kulanjutkan
kata-kataku berharap dapat sedikit menenangkannya, atau lebih tepatnya
menenangkanku juga. Yup! Exactly! It’s all about heart and feeling… we can't deny it! Ketika
sudah menyangkut persoalan hati dan perasaan memang masalah yang paling rumit
sedunia.
Kami masih bercakap-cakap berdua di
serambi mushola… “I’m so surprised, it’s
so suddenly… I should through this for twice” akhirnya ada juga yang bisa
terungkap dari mulutnya, setelah sepanjang hari kulihat dia termenung. Yang sebenarnya
aku seperti melihat cermin itulah aku beberapa hari yang lalu. When all of my friends said “Something different with
you, with your sight” kupererat rengkuhannku dibahunya. “Isbirr ya ukhti… a’dhomallohu
ajroq…”
Berjalan
dari keluar mushola pikirku kembali pada ingatan yang lalu. Aku sudah terlanjur
jatuh cinta, teramat sangat cinta, begitu mendalam, bukan buatan. Ikatan itu
bukan hanya di status belaka tetapi sudah mengalir di darahku seakan sudah
menjadi satu dengan diriku. Mereka adalah aku. Aku dan hari-hariku. Mereka adalah
hari-hariku. Yang senantiasa dilewati dalam kebersamaan selama bertahun-tahun
masa kebersamaan. Memisahkanku dari mereka sama saja memisahkan jiwa dari
ragaku. Ada yang terenggut dari diriku saat harus berpisah dari yang kucintai.
Cinta
adalah masalah kenyamanan, aku merasa aman dan nyaman disini. Aku merasa
dicintai dan disayangi sehingga aku pun bisa memberi lebih lagi cinta dan
sayangku. Namun seperti yang kukatakan pada sahabatku tadi finnaly I could and should compromised with my feeling. Pada
akhirnya aku harus menjadi pribadi yang lebih bijaksana bahwa apa yang kusukai dan
apa yang tidak kusukai tidak berkaitan dengan apa yang baik dan apa yang tidak
baik buatku. Sebab bisa jadi aku menyukai sesuatu tetapi ia tidak baik bagiku,
dan bisa jadi aku tidak menyukai sesuatu padahal sesuatu itu baik buatku.
Jadi
ku mencoba ikhlas untuk melepaskan apa-apa yang kucintai… semua yang kusayangi.
Mencoba mencari semua hal yang positif dari harus terpisahnya aku dan yang
kucintai. Mencoba memahami bahwa semua ini sudah tertulis di lauhul mahfudz jauh sebelum adaku, bahwa
aku hanya harus menjalani hidupku sebaik-baiknya. Mengerti bahwa terpisahnya
aku dan cintaku bukan atas kesalahanku, bukan dari apa yang kuperbuat, meskipun
juga aku dan cintaku bukan dipisahkan
oleh orang lain, sama sekali tidak ada orang lain yang memisahkan aku dan
cintaku, tidak ada orang lain atau siapapun yang mendzholimiku. Ini hanya
masalah keadaan. Pada akhirnya aku berujung pada kesimpulan bahwa ini sudah “taqdir”
(lagi).
Aku
meyakini bahwa terpisahnya aku dan cintaku akan membawaku pada cinta yang baru,
yang lebih menantang. Yang suatu saat nanti jika aku berhasil menaklukkannya
aku akan mendapatkan cinta yang lebih manis. Aku tak bisa mengutamakan
keinginanku diatas nuraniku… pada akhirnya nuranikulah yang berbicara. Bahwa aku
memang harus melepaskan yang kucintai dan melepasnya untuk orang yang memang
membutuhkannya. Dan berusaha mencintai keluarga baruku yang memang lebih
membutuhkanku. Pada akhirnya diposisikan menjadi “pahlawan” inilah yang sedikit
meringankan bebanku. Bahwa aku melepaskan yang kucintai untuk orang yang lebih
membutuhkan dan aku rela menjadi bagian dari cinta yang lain karena keberadaanku
dibutuhkan. Sisanya kuserahkan padamu Ya Rabb,,, sami’na wa atho’na. Aku
setia pada perintah yang diberikan padaku….
Dan
disinilah aku di sudut duniaku… memandang hari-hari terakhir kebersamaanku. Menuliskan
kenangan yang suatu hari nanti ini hanya akan jadi bagian dari masa lalu. Menunggu
datangnya hari perpisahan itu, 15 September 2014, yang mauku hari itu tak kan pernah
datang. Tapi waktu sangatlah jujur dan disiplin… berpantang mundur dan terus melaju…
karena pada hakikatnya apapun yang kita lakukan di dunia SAAT INI adalah untuk menunggu
SAAT ITU!
#Catatan
Al Mursalat
#Purwokerto,
Jumat 29 Agustus 2014
#Duh
saking Ill fill nya dengan masalah yang
ini sampai lupa kalau hari ini hari lahirmu, baru inget setelah kutuliskan
tanggalnya,,, maaf ya sayang,,, HAPPY BIRTHDAY WISH YOU ALL THE BEST.