Lelah? Jujur iya, siapa yang tidak.
Karena selama manusia hidup di dunia pasti akan merasakan lelah. Lelah terhadap
rutinitas pekerjaan, lelah menghadapi orang-orang yang tidak selalu
menyenangkan, lelah terhadap usaha-usaha yang belum membuahkan hasil seperti
yang diinginkan, lelah dengan lelah itu sendiri. Selalu ada saja menemukan
alasan yang membuat kita merasa lelah. Rasa lelah itu pun tidak luput
melingkupi pekerjaan semua orang termasuk seorang guru. Lelah dengan tumpukan
koreksian, lelah dengan permasalahan anak didik yang beragam, lelah dengan
deadline pekerjaan, lelah dengan semuanya.
Namun
pernahkan sedetik saja terbersit oleh kita, bahwa pekerjaan yang kita jalani
sekarang ini adalah impian bagi orang lain. Tidakkah pantas kita senantiasa
memanjatkan syukur bahwa kita adalah orang yang dipilih untuk menjalani
pekerjaan ini dan bukan hanya memimpikan pekerjaan ini. Itu hanya satu sudut
pandang dimana sebenarnya kita orang beruntung dan sudah semestinya kalau kita
mensyukurinya.
Tanpa
menafikkan pekerjaan-pekerjaan yang lain, profesi mengajar ini sangat menarik,
menantang, menjanjikan dan banyak menyediakan ladang amal kebaikan. Bagaimana tidak,
yang dihadapi seorang pengajar adalah sebuah generasi. Yang dicetak dan
dibentuk oleh seorang guru adalah manusia-manusia yang kelak akan memimpin
peradaban. Jadi tantangannya sangat berbeda dengan mencetak kertas, jelas tidak
sama dengan membentuk patung. Anak didik bukanlah benda mati yang kalau kita
salah mencetak atau membentuknya tinggal dibuang dan diganti yang baru. Anak
didik kita adalah manusia utuh yang harus hati-hati sekali dalam menanamkan
konsep hidup yang benar. Karena sekali salah dalam mencetak dan membentuk
karakternya maka akan susah sekali memperbaikinya. Sebab manusia bukan program
komputer yang tinggal install ulang saja, selesai permasalahan. Membutuhkan
ketelatenan dan kesabaran yang konstan dan terus menerus. Satu lagi alasan
untuk selalu bersyukur, bahwa yang seorang guru lakukan itu sungguh istimewa.
Bersyukurlah, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama, seistimewa
kesempatan seorang guru.
Bersyukur
untuk setiap kondisi, apapun dan bagaimana pun, karena yang terjadi pada kita
adalah hal terbaik yang harus dijalani. Dibalik jerih dan lelah pasti ada hikmah yang akan membahagiakan kita
kelak di kemudian hari. Dan ketika masa itu tiba maka segala perih dan payah
yang selama ini dilalui seakan menguap begitu saja menjadi tiada arti, seakan
tidak pernah terjadi. Ketika tiba di titik itu yang dirasa hanya rasa syukur
tiada henti, bersyukur karena telah senantiasa bersyukur dalam setiap keadaan.
Bersyukur karena tidak lupa untuk senantiasa bersyukur.
Sebagaimana
yang Allah katakan dalam Qur’an Surat Ibrahim ayat 7 yang artinya ”Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti azab-Ku sangat berat.” Jadi marilah kita
senantiasa menjadi pribadi yang bersyukur dalam setiap apapun keadaan kita
karena dibalik yang menurut kita sebagai musibah ada banyak kebaikan
berlipat-lipat bagi kita. Apalagi untuk hal menyenangkan yang kita alami,
alangkah tidak tahu dirinya kita sebagai hamba apabila sampai melupakan untuk
bersyukur. Karena sejatinya kelelahan yanh kita alami hanyalah sementara yang
akan tergantikan dengan kenikmatan tiada tara apabila kita ikhlas menjalaninya
Lillahi ta’ala. Semoga kita termasuk pribadi yang bersyukur. Aamiin. (Imalia
Din Indriasih)