Aku tak tahu apa ini
normal, tetapi sudah hampir selama hidupku hal ini kualami, sampai detik ini
dan tak tahu akan sampai kapan. Aku tak tahu persis kapan mulainya, hanya
ingatan samarku yang membersit tidak begitu jelas kurang lebih hal ini terjadi
semenjak aku beranjak remaja. Mungkin itu jugalah salah satu alasannya. Orang
bilang usia menjelang remaja ini adalah usia yang labil dalam mencari jati
diri. Entahlah aku tak pernah peduli dan sama sekali tidak pernah menjadi pikiranku.
Hanya saja akhir-akhir ini sempat terbersit tanya, kenapa tak juga hilang meski
kini ku berada di usia matang.
Aku
juga tak tahu apakah ada orang lain yang mengalami hal sepertiku. Tak pernah
sejenakpun aku sempat berinisiatif tuk mengkonsultasikannya ke Psikolog, yah,
seperti kubilang tadi yang kualami sama sekali bukanlah hal yang mengganggu.
Dan tak secuilpun mengusik kewarasanku, aku masih bisa berpikir normal dan
logis. Pada akhirnya aku memutuskan untuk menuliskannya saja.
Semenjak
aku menapaki awal usia remajaku, aku merasa ada dunia lain yang hidup dan
berkembang dalam pikiranku. Dunia dalam pikiranku sama seperti dunia nyataku.
Ada tokoh-tokoh, seting tempat dan waktu persis seperti dunia nyataku. Hanya
saja berbeda dalam hal logika, apa yang terjadi di dunia dalam pikiranku secara
logis seperti tidak mungkin akan terjadi di dunia nyata.
Terkadang
aku menjadi tokoh utama dalam dunia di dalam pikiranku, kadang juga sosok lain
yang asing dan sama sekali tidak pernah ku kenal selama hidupku. Akan tetapi
mereka hidup, yah, mereka benar-benar hidup di dunia dalam pikiranku. Mereka
menjalani kehidupan normal sebagaimana layaknya kita di dunia nyata. Mereka
punya cerita dan kisah yang harus mereka lakoni di dunia dalam pikiranku itu.
Dan
sampai kini dunia dalam pikiranku itu masih ada, orang-orang yang mendiaminya
pun masih ada, hidup dan berkembang menjadi semakin banyak. Kompleksitas tempat
dan cerita semakin meningkat. Dan aku benar-benar ada untuk menyaksikan itu
semua, mencoba berkompromi dengan logikaku, bahwa dunia dalam pikiranku itu
benar-benar ada meskipun tidak nyata. Nah loh!
Seperti yang pernah
kusinggung sebelumnya bahwa perbedaan dunia dalam pikiranku dengan dunia
nyataku hanya satu, yakni visibility dan posibilitynya,
selainnya nyaris sama. Yup! yang terjadi di dunia dalam pikiranku seperti tidak
mungkin akan pernah terjadi di dunia nyataku. Tetapi justru disitulah
menariknya, karena aku memiliki kontrol atas dunia dalam pikiranku maka aku
dapat memploting kisahnya sesuai dengan yang aku inginkan. Meski
terkadang aku juga pernah kehilangan kendali atas lakon yang terjadi di dunia
dalam pikiranku, sehingga alurnya mengalir diluar kehendakku.
Imposible sebagai
salah satu sifat yang melekat pada dunia di pikiranku inilah yang terkadang
membuatku menjadikannya sebagai pelariannku. Untuk beberapa hal yang tidak
mungkin di dunia nyataku, maka aku akan membuatnya menjadi mungkin di dunia
dalam pikiranku. Ya, hanya sesimple itu! Tokoh yang tak mungkin
kuhadirkan dalam dunia nyataku, kuciptakan sosok itu sesuai kehendakku dan
kulakonkan sesuai keinginanku di dunia dalam pikiranku. Orang-orang tak mungkin
ku sapa dalam dunia nyataku, bisa kuajak bercerita, bercengkerama dan bercanda
di dunia dalam pikiranku.
Dan karena semakin
lama semakin kusadari bahwa ku tak bisa berlepas dari dunia dalam pikiranku
itu, yang kusadari baru akhir-akhir ini. Maka sama sekali aku tak pernah
berniat untuk menyingkirkannya dari hidupku. Dunia dalam pikiranku itu sudah
kuanggap sebagai bagian dari hidupku, bagian dari diriku, aku seutuhnya.
Namun, aku juga
menyadari bahwa volume pikiranku terlalu kecil untuk menampung
sekian banyak kisah dan cerita yang dilakonkan oleh sekian banyak tokoh yang
juga menjalani hidupnya di berbagai tempat yang berbeda di dunia dalam
pikiranku. Maka, aku memutuskan untuk menuliskannya. Ya, menuliskan semua kisah
yang terjadi di dunia dalam pikiranku. Cerita fiksi, itulah salah satu dunia
yang mendiami pikiranku. Kamu! Ya KAMU yang sedang membaca
tulisanku, jikalau kamu menjadi salah satu orang yang hidup dalam dunia di
pikiranku, kamu ingin aku tuliskan seperti apa?