Pagi
ini setibanya di ruang kelas, seperti biasa kukeluarkan, smartphoneku, kubuka aplikasi Al Quran untuk tahsin pagi. Ada
target minimal yang harus dijaga untuk bacaan Al Quran setiap harinya. Kursi di
teras depan kelas, tempat biasanya aku duduk sambil tarhib, menyambut anak-anak didikku yang baru berangkat sudah ada
Ustadz Fahrul dengan mushaf Al Qurannya. Assistenku itu rupanya sudah datang
terlebih dahulu mendahuluiku sehingga tugas tarhib
langsung diambil alih.
Selesai
menuntaskan bacaanku, terdengar nada beat
box nada dering BBMku. Kugeser
kuncian layar dan ternyata dari orang tua salah satu peserta didikku yang
menanyakan Ulangan Harian. Setelah kubalas pesan tersebut, mataku tertumbuk
pada sesuatu yang membuatku tertegun sejenak, merasa ringan dalam beberapa
detik, hingga rasanya seperti terangkat melayang diudara, sebuah perasaan
senang, bangga, dan haru mendominasi #Nyes
momenku (kebalikan dari #jleb momen).
Rasa mak #Nyes yang begitu
menyejukkan itu sangat kunikmati dalam beberapa detik, dan serasa tidak mau
segera berlalu. Sampai sebuah salam dari mulut mungil di hadapanku membuyarkan #Nyes momenku.
“Assalamualaikum,
Ustadzah…” sebuah tangan mungil menjulur menunggu sambut jabatku.
“Wa’alaikum
Salaam, Aurel” langsung kuraih tangannya dan kugenggam erat tak luput sejumput senyuman
termanis.
Berikutnya
terdengar sapa ceria.
“Assalamualaikum,
Ustadzah Lia” Azhar menangkupkan tangan di depan dadanya sambil mengucapkan
salam padaku.
“Wa’alaikum
Salaam, nak” kutangkupkan tanganku didepan dadaku membalas salam Azhar.
Sejenak
aku terlepas dari #Nyes momenku, namun
sesaat kemudian aku kembali ke “rasa” itu. Rasa yang kudapatkan tatkala kubuka
notifikasi BBMku dan kulihat sebuah
status pada DP Wali muridku.
Begini
bunyi statusnya “Kata mbak rara: Mah
jangan foto mbak rara klo gag pake kerudung, itu aurat” disertai emoticon thumb up dan hug. Subhanalloh.
Ini adalah detik-detik di dalam masa hidupku dimana aku sedang menikmati
kesolehan dari salah satu anak didikku. Rara adalah salah satu anak didikku
yang pendiam dan tidak begitu ekspresif tetapi sangat pintar dan mudah menerima
masukan positif. Banyak prestasi yang diraihnya, tanpa banyak bicara, dia
berbicara dengan bukti, dengan perbuatannya.
Seorang
anak usia kelas empat SD sudah sedemikian menghayatinya akan makna menutup
aurat bagi wanita. Sehingga hal yang bagi kebanyakan orang masih “wajar” ketika
anak kecil tidak berjilbab ketika di foto, keadaan yang demikian bisa membuat
ia tak nyaman. Dan berani bersikap, serta berbicara untuk menyatakan sikapnya
itu. Yang tentunya hal ini membuat hati Mamanya juga tersentuh sampai
menuliskannya sebagai status BBM.
Dan
meskipun aku bukan mamanya, aku turut berbangga. Sangat mungkin sikapnya itu bukan
karena aku dan nasihatku, tetapi setidaknya setetes kebahagiaan tak ayal
menghampiriku karena setidaknya aku turut mengisi hari-harinya dengan sedikit
banyak nilai-nilai kebaikan.
Yang
ada dipikiranku selanjutnya adalah, mengcapture
status tersebut dan menyimpannya di ponselku. Tapi rasanya belum cukup, aku
cukup termotivasi secara positif ketika membaca status wali muridku itu, maka
tidak ada salahnya kalau aku mencoba berbagi dengan lainnya. Maka kutuliskan
kisah disepenggal pagiku ini. Semoga membawa manfaat bagi semua.
Ya
Rabb, semoga banyak Rara-Rara yang lainnya. Semoga banyak generasi-generasi
penerus yang berkomitmen terhadap jalan-Mu ya Rabb.
(*catatan
hari ini)