Menulis saja dulu nanti juga akan tahu bagaimana akhirnya. Mudah saja
mengucapkan sugesti tersebut, mudah saja menanamkannya dalam benak, tetapi
tetap saja dalam menjalaninya ada saja kebuntuan mengendala. Terkadang ide yang
sudah ada dan sudah mulai dituangkan, ada saatnya di titik tertentu mengalami
kemacetan. Atau tidak selancar yang diharapkan. Atau kesulitan mengalurnya agar
enak untuk dinikmati siapapun yang membacanya. Atau hanya malas saja. Sehingga
banyak ide yang belum tereksekusi. Namun bukan berarti harus berhenti. Hanya
satu yang bisa dipastikan dari berhenti yakni, tidak akan menghasilkan apa-apa.
Jadi lakukan saja, nanti juga akan menemukan jalannya. Tuliskan saja, nanti
juga akan lancar dengan sendirinya.
Baiklah jadi untuk sekarang tulis saja dulu, meski tidak tahu akan jadi
apa nantinya. Tulis saja dulu, meski tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Tulis saja dulu meski
ide-ide itu berserak dan bingung bagaimana mengeksekusinya. Baiklah, bisa
kumulai dari mengumpulkan ide yang berserak itu. Berikut adalah ide-ide yang
menunggu untuk dieksekusi, sebagiannya sudah ada yang dimulai meski bingung
bagaimana mengakhirinya. Ah sudahlah tuliskan saja, dan lihat bagaimana
nantinya.
Aku ingin menuliskan banyak hal, tentang kamu, tentang gerhana bulan,
tentang inovasi pembelajaran, menuliskan puisi, cerpen tentang perempuan
penyuka langit dan banyak lagi yang ingin kutuliskan. Meski baru sebatas ide,
kutuliskan idenya saja dulu, semua hal harus diawali dengan memulai. Maka disinilah
posisiku, memulai menulis.
Sebenarnya pernah sesekali terlintas pertanyaan, sebenarnya ada apa
antara aku dan menulis. Terkadang kami akur sekali sehingga seperti tidak
tepisahkan. Dimana ada aku pasti disitu ada aktifitas menulis, menulis apapun.
Terkadang kami seperti malu-malu kucing, padahal mau tapi enggan untuk saling
berdekatan. Terkadang seperti pasangan yang sedang LDR an, menahan rindu untuk
ketemu, namun hanya bisa untuk menyapa dari jauh, memikirkan dari kejauhan.
Terkadang antara aku dan menulis seperti pasangan yang backstreet sembunyi-sembunyi dalam berinteraksi. Terkadang aku dan
menulis seperti tidak mengenal sama sekali, aku enggan memulai untuk
mendekatinya dan ia enggan untuk hanya sekedar menyapaku meski dengan
selintasan ide atau keinginan untuk menjalin kata-kata menjadi untaian kalimat
yang menyusun cerita.Dan jadilah begini hubungan kami, tidak jelas. Padahal
suatu hubungan jelas butuh kejelasan.
Hingga suatu hari aku bertemu dengan ia yang serius mendekatiku. Ia yang
mau mengajakku kedalam komitmen yang lebih serius. Ia yang tak pernah malu, tak
pernah enggan, selalu merengkuhku untuk dekat dengan menulis. Hingga pada
akhirnya sampailah hubunganku dengan menulis pada komitment yang serius. Antara
aku dan menulis, berkomitmen untuk saling berdekatan, bercengkerama,
berinteraksi, atau hanya sekedar menyapa setiap harinya. Iya setiap hari.
Serius, setiap hari. Aku dan menulis harus bertemu. Aku dan menulis harus
memperkuat ikatan antar kami dengan interaksi intensif. Sepertinya aku dan
menulis sudah saatnya membicarakan untuk meningkatkan hubungan kami ke jenjang
selanjutnya. Karena aku mengajaknya untuk seriusan dan ia pun mendekatiku untuk
lebih seriusan. Gara-gara seriusan akhirnya antara aku dan menulis jadi
pasangan tak terpisahkan. Serius, gara-gara SERIUSAN!
*) Seriusan adalah komunitas menulis "Sehari Satu Tulisan", dimana anggotanya wajib menulis sehari satu tulisan.
**) gambar diambil dari: http://www.lelakiberkaraktersurga.com/2016/01/serius-artinya-serius-kok.html
**) gambar diambil dari: http://www.lelakiberkaraktersurga.com/2016/01/serius-artinya-serius-kok.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comment here