Mau menuliskan saja tentang kamu,
mulai menulis saja dulu adapun alurnya, klimaksnya dan endingnya lihat saja
nanti. Sampai pada kalimat ini belum tahu akan jadi seperti apa tulisan ini.
Bahkan untuk mampu pun aku tak yakin. Karena hanya satu yang kutahu, it’s a
will not a skill, yang menentukan itu kemauan bukan semata kemampuan.
Seseorang entah siapa pernah mengatakan berhasil itu 99% kemauan dan 1%
kemampuan. Maka yakinku adalah aku mampu menuliskan tentang kamu karena aku mau
menuliskan tentang kamu. Let’s see…
Bisa kita mulai dari siapa sih kamu?
Kamu adalah seseorang atau beberapa orang yang sedang berkunjung ke tempat
orang lain. Eh, itu tamu ding. Kalau kamu adalah minuman kesehatan dari bahan
tradisional yang rasanya biasanya pahit. Eh bukan, itu jamu. Kamu itu adalah
kata benda yang terbentuk dari kata kerja yang diakhiri dengan ing. Apaan
sih, kenapa jadi sampai membahas gerund? Kejauhan. Okay, lupakan tentang mendefinisikan
kamu, toh aku tidak harus mengerti tentang kamu untuk bisa menuliskan kamu. Aku
hanya harus memberanikan diri menuliskan kamu meski aku tak bisa memahamimu.
Bisa diterimakah alasanku? Iyakan saja, biar kita bisa melanjutkan pada
paragraf berikutnya.
Here we are, tidak terasa sudah
tertuliskan sampai pada paragraf ketiga tulisanku tentang kamu. Normalnya
diparagraf ketiga biasanya mulai muncul permasalahan signifikan yang ingin
disajikan dalam sebuah tulisan. Dan bagiku yang paling ingin aku perlihatkan
tentang kamu adalah bahwa aku sedang menuliskan kamu, iya kamu, bukan kamu,
tapi kamu, nah! Kamu!. Paham maksudku? Siapa saja bisa merasa sebagai obyek
tulisan ini, tapi yang paling tahu yang sebenarnya hanyalah penulisnya. Maka
kamu tetaplah menjadi kamu, kamulah yang menentukan siapa kamu. Karena
bagaimanapun aku menuliskan tentang kamu, kamu adalah kata ganti orang kedua
tunggal/jamak yang diajak bicara, disapa (dalam ragam akrab atau kasar), nah
itu baru benar pengertian kamu menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
Dan karena kamu bukan kamu(s) maka
jangan pernah mengartikan apa-apa. Tugas untuk menterjemahkan, mengartikan,
mendefinisikan sudah dari sejak zaman dahulu kala diemban oleh KAMUS bukan
KAMU. So, please STOP mengartikan tulisanku, karena nanti KAMUS jadi tidak ada
kerjaan, eh.
Well, bagusnya bagaimana ya ending tulisan
tidak jelas ini?. berbicara tentang
jelas, jelas mana jelas aku mau menyeduh kopi. Oh itu gelas, maklum kalau
keduanya sering bias karena jelas dan gelas (kopi) sama-sama menjernihkan
keruhku. Ketemu! Akhirnya setelah meneguk kopiku pagi ini, kutemukan bagaimana
mengakhiri tulisan tentang kamu. Ambil hikmahnya saja, iya hikmah dari tulisan
ini, dari sekian kata yang berserak menyusun paragraf tentang kamu, ambil yang
manfaat dan buang yang tidak memberikan manfaat. Karena itu inti dari semua ini, jadilah kamu orang
yang banyak memberikan manfaat bagi orang lain. (Tulisan ini untuk kamu, iya
kamu, orang yang berdiri dihadapanku tatkala aku tengah bercermin). THE END…
*) Kebiyasaaaaaaannnnn.... kalok abis nulis banyak tulisan serius, nongol tulisan gaje gini.... Demikiyan Arab Maklum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comment here