Kamis, 13 Desember 2018

DUNIA DALAM PIKIRANKU (Re-Born)



Aku tak tahu apa ini normal, tetapi sudah hampir selama hidupku hal ini kualami, sampai detik ini dan tak tahu akan sampai kapan. Aku tak tahu persis kapan mulainya, hanya ingatan samarku yang membersit tidak begitu jelas kurang lebih hal ini terjadi semenjak aku beranjak remaja. Mungkin itu jugalah salah satu alasannya. Orang bilang usia menjelang remaja ini adalah usia yang labil dalam mencari jati diri. Entahlah aku tak pernah peduli dan sama sekali tidak pernah menjadi pikiranku. Hanya saja akhir-akhir ini sempat terbersit tanya, kenapa tak juga hilang meski kini ku berada di usia matang.
          Aku juga tak tahu apakah ada orang lain yang mengalami hal sepertiku. Tak pernah sejenakpun aku sempat berinisiatif tuk mengkonsultasikannya ke Psikolog, yah, seperti kubilang tadi yang kualami sama sekali bukanlah hal yang mengganggu. Dan tak secuilpun mengusik kewarasanku, aku masih bisa berpikir normal dan logis. Pada akhirnya aku memutuskan untuk menuliskannya saja.
          Semenjak aku menapaki awal usia remajaku, aku merasa ada dunia lain yang hidup dan berkembang dalam pikiranku. Dunia dalam pikiranku sama seperti dunia nyataku. Ada tokoh-tokoh, seting tempat dan waktu persis seperti dunia nyataku. Hanya saja berbeda dalam hal logika, apa yang terjadi di dunia dalam pikiranku secara logis seperti tidak mungkin akan terjadi di dunia nyata.
          Terkadang aku menjadi tokoh utama dalam dunia di dalam pikiranku, kadang juga sosok lain yang asing dan sama sekali tidak pernah ku kenal selama hidupku. Akan tetapi mereka hidup, yah, mereka benar-benar hidup di dunia dalam pikiranku. Mereka menjalani kehidupan normal sebagaimana layaknya kita di dunia nyata. Mereka punya cerita dan kisah yang harus mereka lakoni di dunia dalam pikiranku itu.
          Dan sampai kini dunia dalam pikiranku itu masih ada, orang-orang yang mendiaminya pun masih ada, hidup dan berkembang menjadi semakin banyak. Kompleksitas tempat dan cerita semakin meningkat. Dan aku benar-benar ada untuk menyaksikan itu semua, mencoba berkompromi dengan logikaku, bahwa dunia dalam pikiranku itu benar-benar ada meskipun tidak nyata. Nah loh!
        Seperti yang pernah kusinggung sebelumnya bahwa perbedaan dunia dalam pikiranku dengan dunia nyataku hanya satu, yakni visibility dan posibilitynya, selainnya nyaris sama. Yup! yang terjadi di dunia dalam pikiranku seperti tidak mungkin akan pernah terjadi di dunia nyataku. Tetapi justru disitulah menariknya, karena aku memiliki kontrol atas dunia dalam pikiranku maka aku dapat memploting kisahnya sesuai dengan yang aku inginkan. Meski terkadang aku juga pernah kehilangan kendali atas lakon yang terjadi di dunia dalam pikiranku, sehingga alurnya mengalir diluar kehendakku.
          Imposible sebagai salah satu sifat yang melekat pada dunia di pikiranku inilah yang terkadang membuatku menjadikannya sebagai pelariannku. Untuk beberapa hal yang tidak mungkin di dunia nyataku, maka aku akan membuatnya menjadi mungkin di dunia dalam pikiranku. Ya, hanya sesimple itu! Tokoh yang tak mungkin kuhadirkan dalam dunia nyataku, kuciptakan sosok itu sesuai kehendakku dan kulakonkan sesuai keinginanku di dunia dalam pikiranku. Orang-orang tak mungkin ku sapa dalam dunia nyataku, bisa kuajak bercerita, bercengkerama dan bercanda di dunia dalam pikiranku.
Dan karena semakin lama semakin kusadari bahwa ku tak bisa berlepas dari dunia dalam pikiranku itu, yang kusadari baru akhir-akhir ini. Maka sama sekali aku tak pernah berniat untuk menyingkirkannya dari hidupku. Dunia dalam pikiranku itu sudah kuanggap sebagai bagian dari hidupku, bagian dari diriku, aku seutuhnya.
       Namun, aku juga menyadari bahwa volume pikiranku terlalu kecil untuk menampung sekian banyak kisah dan cerita yang dilakonkan oleh sekian banyak tokoh yang juga menjalani hidupnya di berbagai tempat yang berbeda di dunia dalam pikiranku. Maka, aku memutuskan untuk menuliskannya. Ya, menuliskan semua kisah yang terjadi di dunia dalam pikiranku. Cerita fiksi, itulah salah satu dunia yang mendiami pikiranku. Kamu! Ya KAMU yang sedang membaca tulisanku, jikalau kamu menjadi salah satu orang yang hidup dalam dunia di pikiranku, kamu ingin aku tuliskan seperti apa?


Translate