Jumat, 19 Februari 2021

SADAR BUKAN TAKUT

 


        Kalau boleh sedikit mengutip pendapat Bunda Wening pada saat menjadi pembicara di seminar parenting beberapa waktu yang lalu. Bahwa yang timbul dihati seorang oknum yang disersi adalah perasaan dendam dan ingin membalaskan karena hukuman yang diberlakukan adalah dipermalukan di depan umum. Maka efek yang timbul bukanlah menjadi lebih baik akan tetapi seringkali malah justru menjadi penjahat.

Artinya bahwa hukuman yang efektif adalah menumbuhkan kesadaran bahwa yang perbuatan yang dilakukan adalah salah oleh karena itu konsekuensi yang dijalankan adalah untuk memperbaiki kesalahan. Bukan untuk menghukum apa tah lagi untuk mempermalukan. Tidak ada alasan lain dari diberlakukannya konsekuensi logis melainkan untuk kebaikan dan perbaikan diri sendiri. Pertanyaannya adalah bagaimana cara yang efektif untuk memunculkan kesadaran ini. Dan pertanyaan selanjutnya adalah setelah kesadaran itu muncul bagaimana cara supaya yang menjalankan konsekuensi menjalankannya dengan senang hati dan secara otomatis seketika itu juga tatkala menyadari bahwa perbuatan yang dilakukan itu salah dan harus segera diperbaiki dengan menjalankan konsekuensinya.

        Konsep inilah yang ingin diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas dalam lingkup kecil dan di sekolah dalam cakupan yang lebih luas. Dimulai dengan sebuah langkah kecil yakni pengajar secara massif menanamkan konsep ini di benak peserta didik. Disetiap kesempatan yang memungkinkan misalnya pada saat ada peserta didik yang melanggar peraturan yang sudah disepakati maka sebelum memberikan konsekuensinya berikan dulu pengertian dan latar belakang kenapa ananda harus menebus kesalahannya. Dengan dijelaskan didepan siswa yang lainnya sesering mungkin setiap ada kesempatan maka harapannya tetes-tetes air kecil ini kelas akan terukir jelas dikalbu para peserta didik.

        Cara menjelaskan itu penting, sebaik apapun sebuah konsep jika cara menyampaikannya kurang tepat maka efeknya tidak akan pernah maksimal bahkan tidak menutup kemungkinan akan kontra produktif. Mengenai betapa pentingnya cara sepenting isi yang ingin disampaikan akan dibahas secara khusus pada bab IV “Kemasan Itu Penting” berikutnya.

        Salah satu cara yang bisa dipakai adalah dengan bercerita atau mendongeng sambil mensimulasikan konsep dengan melibatkan peserta secara langsung. Minta dua peserta didik untuk maju kedepan, cara menunjuk peserta didik untuk maju kedepan selalu dengan cara yang kreatif dan menyenangkan, misalnya dengan menanyakan siapa yang ukuran sepatunya 40, siapa yang pekerjaan ayahnya dokter dan lain sebagainya.

        Berikan satu buah board marker pada salah satu peserta didik dan penghapus pada peserta didik lainya. Minta peserta didik untuk membuat coretan-coretan tidak bermakna sejelek dan sesemrawut mungkin yang bisa dibuat oleh peserta didik pertama.  Biasanya respon peserta didik lainnya yang ada dikelas akan tertawa, biarkan sejenak mereka menikmati “akward moment” tersebut. Segera setelah peserta didik bisa tenang bisa dimintai pendapatnya mengenai coretan-coretan tersebut.

        Apakah itu baik ataukah itu Buruk? Apakah itu bermanfaat ataukah itu mengganggu? Apakah itu sudah pada tempatnya? Biarkan peserta didik memberikan pendapat-pendapatnya, sambil menyisipkan adab dalam berpendapat. Yakni harus tertib, dengan tunjuk jari terlebih dahulu dan mulai berbicara pada saat dipersilahkan, mendengarkan pada saat ada ada yang menyampaikan pendapatnya dan lain sebagainya.

        Setelah itu susulkan pertanyaan, apa yang kalian lakukan kalau kalian menemukan hal yang demikian? In syaa Allah semua jawaban akan mengerucut pada “menghapusnya”, minta peserta didik kedua untuk menghapus semua coretan-coretan yang ada di papan tulis menggunakan penghapus sampai semua coretan bersih terhapus.

        Setelah peragaan tersebut mulailah pengajar untuk bercerita mengenai hikmah simulasi tersebut. Peserta didik diajak untuk memahami bahwa pada hakikatnya kesalahan/keburukkan yang dilakukan harus dihapus dengan kebaikan yang mengiringinya. Sebagaimana hadist nabi SAW dalam syarah hadist ke-18 Arbain An Nawawiyah:

عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]

Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdurrahman, Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaulah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”. 
[HR. Tirmidzi, ia telah berkata: Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih]

        Berikan kisah-kisah contoh konkrit lainnya untuk lebih jauh menanamkan pemahaman ini jauh ke benak peserta didik, bisa di cuplik dari kisah sahabat atau kisah teladan lainnya

Translate