Cumi-cumi adalah hewan tak tulang
belakang yang sangat lunak dan empuk, yang sama sekali tidak mempunyai tulang
dalam tubuhnya meskipun disebut ikan. Mereka mempunyai kemampuan yang luar
biasa untuk bergerak lihai karena adanya system yang sanat menarik. Tubuh
lunaknya diselimuti oleh lapisan pelindung tebal yang dibawahnya air dalam
jumlah besar disedot dan disemburkan oleh otot-otot yang kuat, sehingga
memungkinkannya bergerak mundur. Hewan yang berhabitat di air selama musim dingin
dan mencari air dangkal sekitar bulan Mei untuk menetaskan telurnya ini
ternyata tergolong hewan carnivora yang
berkembangbiak secara sexual. Cumi-cumi sangat enak dimakan, dan diolah kedalam
berbagai macam ragam masakan. Kandungan kolesterolnya tergolong tinggi.
Mentimun
adalah buah yang sudah sangat akrab di telinga kita. Baik sebagai lalapan,
ampuran pecel atau dijadikan minuman segar. Khasiat mentimun
ternyata sangat banyak. Mentimun memiliki nama ilmiah Cucumis Sativus,
mengandung 0,65 persen protein, 0,1 persen lemak dan 2,2 persen karbohidrat.
Buah tanaman merambat ini juga mengandung kalsium zat besi, magnesium,
fosforus, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2 dan Vitamin C. Biji timun sendiri
mengandung racun alkaloid jenis hipoxanti yang berfunsi untuk mengobati
cacingan. Khasiat mentimun bisa diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan
pemakaian luar seperti masker dan sebagainya dan dengan dikonsumsi langsung.
Memperbandingkan
cumi-cumi dan mentimun sebagai suatu hal yang berlawanan bukan hal yang biasa.
Karena sulit ditemukan hubungan antara keduanya. Cumi-cumi dan mentimun berasal
dari jenis yang berbeda, yang satu hewan yang satunya sayuran. Hubungan
keduanya tidak ada di rantai makanan, bukan predator dan makanannya. Keduanya,
bukan musuh dialam, tidak hidup di lingkungan yang sama. Satu-satunya yang bisa
mempertemukan mereka berdua adalah apabila keduanya ditemukan diatas piring
makanan dan disajikan di meja makan. Ya,
keduanya sama-sama bisa dimakan.
Ada satu lagi yang bisa menjelaskan
hubungan keduanya. Dalam logika bahasa versus berarti dua hal yang
dipertentangkan. Berarti yang satu berkebalikan dari yang lainnya. Kalau dalam
konteks makanan bisa jadi hal yang dipertentangkan tersebut adalah antara
makanan rujukan versus makanan pantangan. Atau makanan kesukaan versus makanan
yang tidak disuka. Dan berbicara mengenai suka atau tidak suka terhadap
sesuatu, terhadap makanan misalnya, itu
sangat relatif dan pribadi sifat alasannya, berkaitan dengan selera individu.
Tidak memerlukan puluhan tahun,
dalam sehari saja kau bisa mengetahui dan memahami apa makanan kesukaanku dan
yang tidak kusukai. (Demikian juga sebaliknya, tapi karena ini cerita
tentangmu, ya biarlah kuceritakan saja tentangmu). Sehingga di setiap
kebersamaan kita di saat makan, tanpa perlu ada kata-kata, kau akan otomatis
mengambil mentimun dari piringku ke piringmu, rujak dan makanan apapun yang kau
pesankan untukku selalu tanpa mentimun, yang itu otomatis tanpa komunikasi
lagi. Sama halnya dengan makanan kesukaanku.
Suka dan tidak suka memang terlihat
seperti persoalan kecil biasa saja. Keduanya hanya persoalan selera pribadi.
Tidak menyentuh wilayah hukum sebagaimana boleh dan tidak boleh atau halal dan
haram. Tetapi kau sangat memperhatikan detil kecil ini, karena biasanya
persoalan rumah tangga yang besar diawali dari meremehkan hal-hal yang kecil.
Selama hampir satu dasawarsa ini kita saling mengenal, mengerti kemudian
memahami, segala kelebihan dan kekurangan kita, kesukaan dan ketidaksukaan
kita, yang menyenangkan dan yang membuat marah, yang menentramkan dan yang
mengganggu dan sebagainya.
Dan akupun akan berusaha melakukan
yang kau sukai saja, yang menyenangkanmu saja, yang membuatmu ridho, dan
menjauhi yang sebaliknya. Semoga kita bisa melanjutkan titian yag selanjutnya
dalam menggapai ridho-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comment here