Selalu terjadi seperti ini. Ini bukan
yang pertama kali, seringkali bahkan selalu. Ya, setiap kali mendapatkan ide
untuk menulis cerita dan berhasil menuangkan ide kedalam alur kisah dan konflik
yang mencapai titik equilibriumnya, selalu saja di akhir bingung bagaimana
ending yang terbaik untuk menutup cerita. Singkatnya, aku selalu bingung
membuat ending sebuah cerita. Termasuk kali ini.
Pekan
ini aku mendapatkan delapan ide cerita dan berhasil menuangkannya kedalam
cerpen, tapi sama seperti yang sudah-sudah, selalu dibingungkan bagaimana
mengakhiri ceritaku itu. Delapan ide cerpenku itu adalah, Sulis, Berapa Harga Sebuah Rindu?, Dia Mirip Nabila Syakib, Memandang Buana,
Lilin Bukan Rapuh, Bela-Sari, Gadis berbibir lengkung kebawah, Bye-bye.
Seringkali
masBam, suamiku, sekaligus editorku, selalu memberikan saran-saran tentang
endingnya. Dan terkadang akupun mencoba membuat cerita dengan ending yang
berbeda. Sebagai contohnya cerpen berjudul Sulis yang aku posting di blogku
berikut. Cukup satu saja ya, contoh yang diposting, untuk lainnya. Baca saja di
kumpulan cerpen yang akan diterbitkan berikutnya. He..he.. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comment here