Senin, 03 Januari 2011

Learning Society

Kamis, 30 Desember 2010
Pagi ini mengikuti rapat kerja sekolah untuk mengawali semester 2 di tahun ajaran 2010/2011. Kepala sekolah mengawali dengan sebuah motivasi tentang pipa versus ember. Dimana pipa jauh lebih efektif dalam mengalirkan air bahkan ketika kita tidak melakukan apa-apa, meskipun memang memerlukan usaha dan waktu. Sedangkan ember memang relatif instant tetapi hasilnya kurang maksimal, dan memerlukan tenaga kita untuk mengalirkan air tersebut, yang artinya ketika kita berhenti maka terhenti pulalah aliran air tersebut.
Maknanya yang seharusnya kita lakukan dalam hidup ini adalah membangun pipa untuk tetap mengalirkan air. Air disini kita ibaratkan sebagai amalan baik yang akan mengantarkan kita ke surganya. Dan aliran pahala itu akan terus mengalir meskipun kita tidak melakukan apa-apa. Dan sisinilah posisi kita yang mendapatkan rahmat luar biasa dari Alloh SWT. Ya benar kita ditakdirkan menjadi seorang guru, sebagai seorang pendidik. Dimana ladang pahala yang ada didepan mata kita itulah nantinya yang akan menjadi pipa-pipa kita dalam terus mengalirkan pahala amalan kebaikan kita. Tetapi hal ini tentunya mensyaratkan sebuah kondisi. Kondisi dimana kita memang mencurahkan hati, pikiran dan perbuatan kita untuk mendidik anak-anak didik kita dengan penuh keihklasan hanya mengharapkan ridho Alloh semata.
Jadi teringat mengenai learning society atau masyarakat pembelajar. Meskipun ini adalah rapat rutin tiap mengawali pembelajaran, akan tetapi tidak lepas dari prinsip perbaikan akan kebaikan. Sebuah budaya yang positif dimana peningkatan kualitas diri bisa jadi dibentuk dan berproses dalam sebuah komunitas. Sekelompok orang dengan interest yang sama bisa saling memotivasi untuk menjadi lebih baik.
Bisa jadi keinginan itu ada dalam diri tiap orang untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Hal tersebut adalah alamah, siapa yang tidak ingin, bukan begitu? Tetapi titik tekannya disini adalah apakah setiap pribadi itu mampu untuk merealisasikan potensi keinginan itu menjadi kapasitas diri yang riil. Nah disinilah fungsi dari masyarakat pembelajar itu berperan. Dan memang tidak bisa dinafikkan bahwa ini erat terkait dengan budaya yang berkembang dimasyarakatnya. Apabila memang budaya yang ada dimasyarakat tersebut memang sangat menyukai posisi nyaman dan tidak terlalu suka dengan perubahan maka kondisi ini menyulitkan untuk efektifitas learning society.
Berbeda dengan masyarakat yang memang budaya perubahan sudah menjadi keniscayaan. Maka perubahan dan inovasi senantiasa akan berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Intinya butuh dari sekedar motivasi internal untuk memunculkan semangat perbaikan diri, berarti disini diperlukan adanya motivasi eksternal. Nah disinilah fungsi dari masyarakat pembelajar ini bisa dioptimalisasikan. Pada lingkungan pendidik dalam sebuah lembaga pendidikan, kita bisa mengaplikasikan konsep learning society ini untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri menjadi pendidik yang lebih baik yang senantiasa belajar untuk terus dan terus berubah menjadi lebih baik lagi. Sebagaiman rutinitas rapat pun bisa dijadikan ajang untuk memotivasi diri dan lingkungan untuk mengupayakan kondisi yang lebih baik.
Penulis duduk disini sebagai bagian dari komunitas masyarakat pembelajar ini pun sangat merasakan manfaatnya dari semangat kebaikan, serta saling memotivasi untuk kebaikan.

1 komentar:

  1. he,, he,, ini namanya sekali merengkuh dayung 2,3 pulo terlampaui, sambil rapat, sambil nyatet, sambil bikin artikel,,, :D

    BalasHapus

Please leave your comment here

Translate