Jumat, 04 Oktober 2013

SEBUAH AKHIR



          Selalu terjadi seperti ini. Ini bukan yang pertama kali, seringkali bahkan selalu. Ya, setiap kali mendapatkan ide untuk menulis cerita dan berhasil menuangkan ide kedalam alur kisah dan konflik yang mencapai titik equilibriumnya, selalu saja di akhir bingung bagaimana ending yang terbaik untuk menutup cerita. Singkatnya, aku selalu bingung membuat ending sebuah cerita. Termasuk kali ini.
Pekan ini aku mendapatkan delapan ide cerita dan berhasil menuangkannya kedalam cerpen, tapi sama seperti yang sudah-sudah, selalu dibingungkan bagaimana mengakhiri ceritaku itu. Delapan ide cerpenku itu adalah, Sulis, Berapa Harga Sebuah Rindu?, Dia Mirip Nabila Syakib, Memandang Buana, Lilin Bukan Rapuh, Bela-Sari, Gadis berbibir lengkung kebawah, Bye-bye.
Seringkali masBam, suamiku, sekaligus editorku, selalu memberikan saran-saran tentang endingnya. Dan terkadang akupun mencoba membuat cerita dengan ending yang berbeda. Sebagai contohnya cerpen berjudul Sulis yang aku posting di blogku berikut. Cukup satu saja ya, contoh yang diposting, untuk lainnya. Baca saja di kumpulan cerpen yang akan diterbitkan berikutnya. He..he.. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please leave your comment here

Translate