Pergantian
tahun merupakan salah satu ukuran pergantian waktu yang tak dapat dielakkan.
Waktu yang sudah bergerak tak dapat ditahan dan diundurkan lagi. Dalam waktu
terkandung jejak perjalanan manusia yang akan diputar ulang kelak di hadapan
pencipta waktu, allah swt.
Dan tidak terasa, bulan demi bulan telah berganti, tahun demi tahun pun berlalu. Kaum
muslim kembali memasuki bulan muharram, yang menandai datangnya
kembali tahun yang baru, dan kali ini memasuki tahun baru 1439 hijriyah.
Untuk itulah, pergantian tahun
hijriyah ini adalah waktu yang tepat sebagai momentum bagi kita semua untuk melakukan introspeksi dan mawas diri (muhasabah) terhadap semua yang telah kita perbuat, sekaligus sebagai sarana untuk memantapkan komitmen dan tekad kita semua untuk “berhijrah” menuju ke arah yang lebih baik dan bermanfaat, melalui
penguatan aqidah, ibadah, akhlaq, ilmu, dan ekonomi kita.
Apabila pada tahun 1438 hijriyah kita masih sering
melakukan kekurangan, marilah kita kejar kekurangan itu dengan
semangat memperbaiki diri, baik dalam beribadah, beramal, bekerja, dan
bermasyarakat. Marilah
kita upayakan hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik
dari hari ini, agar kita beruntung.
Sebagai insan
yang bersinggungan langsung dengan dunia pendidikan baik sebagai guru, tenaga
kependidikan, orang tua/wali murid, siswa atau hanya pemerhati pendidikan kita
bisa menjadikan momentum hijriyah ini untuk berbenah. Bisa diawali dengan
memperbaiki perkspektif kita tentang pendidikan yang seideal mungkin dengan
yang rasululloh teladankan sesuai dengan yang allah perintahkan. Pendidikan
merupakan suatu upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti dan intelektual
seseorang. Seperti yang kita tahu, orang tua masa kini begitu antusias
menyekolahkan anak-anaknya dengan harapan agar anak dapat tumbuh menjadi
pribadi yang unggul dan cerdas. Namun, ada satu hal yang acap kali terabaikan
dalam aspek pendidikan yakni pengajaran agama. Banyak keluarga yang terkesan
“melupakan” betapa pentingnya mengajarkan nilai-nilai keagamaan pada anak sejak
dini.
Padahal pendidikan agama
merupakan modal dasar setiap anak untuk memahami dan mengarungi kehidupan
ini. Ungkapan bahwa “mendidik
anak sedari kecil adalah ibarat mengukir di atas batu”
sangat tepat untuk menggambarkan pentingnya mendidik anak sedini mungkin.
Mendidik anak yang masih kecil
membutuhkan kesabaran karena harus terus mengulang-ulang konsep yang hendak
ditanamkan. Namun begitu konsep tersebut sudah masuk, maka ia akan
tertancap dengan kuat di sana, sulit hilang seperti ukiran di atas batu. Oleh
karena itu apabila pendidikan agama dilakukan dengan baik sedari kecil, maka
anak tersebut akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki landasan karakter dan
moral yang kuat.
Bagi anak, pendidikan yang
tepat pada usia dini akan menjadi pondasi keberhasilannya pada masa yang akan
datang. Pendidikan agama tidak pelak lagi menjadi suatu kebutuhan bagi
anak usia dini untuk membentuk kepribadian dan karakter islami. Secerdas apapun seorang anak,
tanpa memiliki pendidikan agama sebagai landasan hidupnya, maka hidupnya di
dunia tidak ada nilainya.
Untuk itu, peran lembaga pendidikan yang sangat
memperhatikan pendidikan keagamaan seperti al irsyad al islamiyyah purwokerto sangatlah diperlukan oleh masyarakat untuk memberikan bekal
agama yang cukup bagi generasi muda di
indonesia dalam upaya untuk membentuk kualitas sumber daya manusia indonesia yang islami, sehat, cerdas, sejahtera, berdaya saing dan berbudaya berlandaskan iman
dan taqwa.
Dalam
menjalankan fungsinya di bidang pendidikan, ada misi dakwah yang diemban.
Dakwah merupakan tugas suci dan abadi bagi segenap umat islam. Melalui dakwah, islam dapat menyebar dan mengakar ke
seluruh pelosok dunia. Melalui dakwah pula, peran islam dalam membina dan mengembangkan masyarakat menuju cita-cita ideal ajaran islam yang rahmatan
lil-‘alamin dapat terwujud.
Dakwah
itu sendiri sebenarnya adalah proses komunikasi. Dakwah tanpa komunikasi tidak akan mampu
berjalan menuju target-target yang diinginkan, demikian komunikasi tanpa dakwah
akan kehilangan nilai-nilai ilahi dalam kehidupan.
Untuk itulah, proses dakwah mestinya disesuaikan
dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar. Dengan demikian, bagi juru dakwah akan lebih mudah dalam menyampaikan
dakwah dan pesan yang disampaikan
menjadi mudah dipahami oleh sasaran dakwah. Maka dakwah tidaklah mesti harus disampaikan dalam bentuk ceramah langsung di mimbar-mimbar,
namun bisa juga dilaksanakan melalui berbagai kegiatan positif di sekolah seperti, kegiatan pementasan seni, outdoorstudy, membuat karya tulis maupun karya rupa, semuanya
bisa dimasukkan nilai-nilai keislaman sebagai bekal pendidikan agama bagi semuanya.
Kesemuanya itu berlandaskan
pada satu pedoman yang senantiasa dipegang dalam hidup. Sebagai pedoman dan
petunjuk kehidupan umat islam, al-quran adalah kitab suci yang dapat
dijadikan acuan dalam menjalani kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Karena didalam al-quran terdapat
petunjuk-petunjuk dan arahan tentang berbagai cara bergaul dengan manusia, bahkan
bergaul dengan alam semesta sehingga terjadi harmonisasi antara sesama makhluk
allah yang hidup dimuka bumi ini.
Bagi umat islam al-qur’an merupakan sumber hukum, rambu-rambu bagi umat
manusia. Didalam al-quran terdapat banyak aturan, tuntunan, peringatan dan teguran bagi manusia agar
senantiasa berbuat kebajikan dan tidak melakukan perbuatan tercela serta
kerusakan dimuka bumi, sebab semua perbuatan yang tidak baik hanya akan
mendatangkan kerugian bagi manusia sendiri, baik di dunia maupun di akhirat.
Selain itu,
al-qur’an juga hadir sebagai penyejuk hati, karena di dunia ini kita kadang
dihadapkan pada berbagai ujian dan cobaan. Adanya ujian dan cobaan hidup
tersebut membuat hati dan jiwa manusia resah, gelisah, dan gundah gulana. Dalam
kondisi yang demikian itu, manusia harus kembali kepada jalan allah, yakni
kepada al-quran yang didalamnya terdapat penyejuk dan penenang keresahan jiwa.
Oleh karena itu kemampuan
membaca, mempelajari, dan memahami isi kandungan al-qur’an menjadi sebuah
keharusan bagi kaum muslimin yang ingin menjalankan keislamannya secara baik
dan benar.
Salah satu cara yang efektif
untuk menumbuhkan kecintaan terhadap al-quran adalah dengan cara mengenalkan
al-qur’an kepada anak-anak kita sejak dini. Mendidik anak yang
masih kecil memang membutuhkan kesabaran karena
harus terus mengulang-ulang konsep yang hendak ditanamkan. Namun begitu
konsep tersebut sudah masuk, maka akan tertancap dengan kuat di sana, sulit
hilang seperti ukiran di atas batu. Oleh karena itu apabila pendidikan agama
dilakukan dengan baik sedari kecil, maka anak tersebut akan tumbuh menjadi
manusia yang memiliki landasan karakter dan moral yang kuat.
Melalui metode belajar yang
mudah, praktis dan menyenangkan terutama bagi anak- anak, tentu akan memancing
minat dan menggugah semangat mereka untuk mempelajari al qur’an sebagai sumber
pedoman hidup utama bagi umat islam. Hal tersebut bila dapat berjalan dengan
optimal tentu cita-cita untuk membentuk generasi qur’ani yang sehat, cerdas,
kuat, berkarakter dan berdaya saing berlandaskan iman dan taqwa dapat segera
terwujud. Aamiin. (Imalia)
Artikel Terkait:
DESAIN KELAS SEBAGAI MOOD BOOSTER DALAM PEMBELAJARAN
TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM MASA KINI
GERAKAN SERU! SEMUA ADALAH GURU
MENGAJARKAN ANAK BERSOSIALISASI
MOMENTUM BULAN BAHASA GIATKAN BUDAYA LITERASI SEKOLAH
TANTANGAN PENDIDIKAN ZAMAN NOW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comment here