Rabu, 06 Maret 2013

STALKING=KEPO=FUDUL?



Senyum dulu ah, ketawa dulu juga boleh, dah dari sejak jaman dulu kala pengen ketawa-tawa mulu,,, talking talking about stalking-stalking <--- pengacau bahasa (cara nulis yang mengacaukan bahasa).


Kubuka Harian Radar Banyumas terbitan Rabu enam Maret 2013 yang sampai diatas meja kerjaku pagi ini tapi baru sempat kubaca siang ini. Bukan pada halaman tiga yang memberitakan berita tentang kegiatan sekolahku (lagi) seperti biasanya. Tapi pada halaman ekspression, disitu dibahas beberapa common language di social media. Tapi ada tiga kata yang sangat menarik perhatianku untuk kujadikan bahan tulisan. Sebagai orang yang mengaku penulis (berhenti sebentar,,, pengen ketawa lagi) sangat tergelitik untuk menuliskannya meskipun hanya untuk posting di blog pribadi. Adalah kata STALKING (menguntit), KEPO (Knowing Every Particular Object), dan FUDUL yang punya arti sama dengan stalking dan kepo.

Lewati pembahasan tentang "tanda", semiotika for beginnernya dah keselip tidak tahu dimana. Meskipun ketiga kata tersebut menyimpan kisahnya tersendiri, yang artinya ini masih wilayah semiotik, tapi skip this topic deh.

Tapi dari ketiga kata tersebut yang paling menganggu adalah kata kepo. Sebagai guru bahasa (ketawa-ketawa-ketawa) kata tersebut sangat menganggu sense of kebahasaan <--- tuh sendirinya merusak bahasa. KEPO itu kan stand for Knowing Every Particular Object, yang artinya mengetahui setiap detil dari suatu object, akan tetapi pada konteks penggunaannya kata ini sering dipakai untuk dinisbatkan pada orang yang have very big curiousity alias orang mau tahu banget akan sesuatu. Keduanya tentunya memiliki tafsir yang berbeda. tapi itulah "KATA" maknanya bisa jadi melekat pada konteksnya.

Logikanya orang yang mengetahui setiap detil dari suatu objek tidak akan segitu ngototnya mau tahu akan segala sesuatu tentang suatu objek. Inilah ketidakmasukakalan logika bahasa yang dari tadi mengganggu sense of language-ku. Tapi whatever lah, TST (tahu sama tahu) saja, cukstaw (nah apa lagi tuh artinya) gitu hehe. Karena inti dari komunikasi adalah sampainya pesan dari komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan).

Masih dengan senyum-senyum, kadang juga kelepasan ketawa, ini feelingku saja, masih ada yang stalking on me. Mudah-mudahan feelingku salah,,, :D.

Berharap Mba Arin (guru Bahasa Indonesia kelas 5) dan Mba Dewi (guru Bahasa Indonesia Kelas 6) tidak membaca tulisan ini, bisa diceramahi habis-habisan, hehehe :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please leave your comment here

Translate