Kali ini tujuan perjalanan dinasmu
ke Jogja. Hanya satu malam sih kamu menginap disana, tetapi itu berarti dua
hari aku tidak bisa melihatmu. Rindu, seperti biasanya. Kamu bertanya, kok
lelaki senja? tanyamu tatkala membaca tweetku yang merindu lelaki senja. Aku tersenyum, karena setiap hari aku bertemu denganmu selalu di
senja hari, sepulangmu dari kantor. Oooo, katamu, iya juga sih. Kamu selalu
suka senja. Ya, bagimu senja adalah waktu ketika Tuhan menurunkan berjuta cinta
ke bumi. Setelah lelah menjalani hari, jarak yang harus ditempuh akan tetap kau
lewati dengan senang, karena kau akan segera bertemu dengan cinta-cintamu (cieeee…)
di rumah mungil kita. Senja juga merupakan hulu dari peristirahatan jiwa untuk
memulai perbincangan vertikal dengan-Nya.
Kalau kamu tidak ada senja terasa
sunyi, sangat sepi. Semburat merah di langitnya, tak sedikitpun tergores kata.
Karena biasanya selepas senja kita selalu berbincang, karena itulah salah satu waktu kebersamaan yang kita
miliki. Tetapi jaman sekarang tidak ada yang bisa membatasi jarak. Semua bisa
ditembus dengan teknologi. Wal hasil, twitter, facebook, sms, de el el (cukup
kusebutkan tiga saja ya? Kalau kusebut semuanya akan terbaca sangat berlebihan
^_^’) semuanya terhubung kepadamu kalau telpon kurang memungkinkan mengingat kau
disana untuk urusan pekerjaan. Terlintas sebuah tanya, apakah senja di Jogja
sama dengan senja disini? Tersenyum sendiri, tentu saja, karena kita sama-sama
bernaung di langit yang sama.
Berbicara
tentang senja memang selalu mengingatkanku padamu, selalu! Namun ada satu lagi
yang juga mengingatkanku padamu, kamu pasti tahu apa itu. Pantai! Ya pantai, Kamu
selalu suka pantai. Bagimu pantai adalah kanvas luas yang dapat menampung
resahmu. Di luas warna birunya yang lembut, di tiap debur ombaknya yang
menyaput gelisah, di buih yang tertinggal di pasirnya membekaskan asa. Menjadi
salah satu saksi keberadaan kita di sebuah masa.
Senja dan pantai adalah dirimu, hujan dan gunung adalah diriku. Meski berbeda namun
semua menyatu dalam sebuah perpaduan yang menurutku sempurna. Sebab senja,
pantai, hujan dan gunung adalah sejarah kita. Bolehkah aku menyebutmu sebagai
lelaki senja yang senantiasa kurindukan?. Senja ini kuselipkan doa, semoga kau
selalu mimpi indah disana, tentang kita.
Posting terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comment here