Selasa, 30 Januari 2018

Tentang aku dan menulis


Menulis saja dulu nanti juga akan tahu bagaimana akhirnya. Mudah saja mengucapkan sugesti tersebut, mudah saja menanamkannya dalam benak, tetapi tetap saja dalam menjalaninya ada saja kebuntuan mengendala. Terkadang ide yang sudah ada dan sudah mulai dituangkan, ada saatnya di titik tertentu mengalami kemacetan. Atau tidak selancar yang diharapkan. Atau kesulitan mengalurnya agar enak untuk dinikmati siapapun yang membacanya. Atau hanya malas saja. Sehingga banyak ide yang belum tereksekusi. Namun bukan berarti harus berhenti. Hanya satu yang bisa dipastikan dari berhenti yakni, tidak akan menghasilkan apa-apa. Jadi lakukan saja, nanti juga akan menemukan jalannya. Tuliskan saja, nanti juga akan lancar dengan sendirinya.
Baiklah jadi untuk sekarang tulis saja dulu, meski tidak tahu akan jadi apa nantinya. Tulis saja dulu, meski tidak tahu apa  yang akan ditulisnya. Tulis saja dulu meski ide-ide itu berserak dan bingung bagaimana mengeksekusinya. Baiklah, bisa kumulai dari mengumpulkan ide yang berserak itu. Berikut adalah ide-ide yang menunggu untuk dieksekusi, sebagiannya sudah ada yang dimulai meski bingung bagaimana mengakhirinya. Ah sudahlah tuliskan saja, dan lihat bagaimana nantinya.
Aku ingin menuliskan banyak hal, tentang kamu, tentang gerhana bulan, tentang inovasi pembelajaran, menuliskan puisi, cerpen tentang perempuan penyuka langit dan banyak lagi yang ingin kutuliskan. Meski baru sebatas ide, kutuliskan idenya saja dulu, semua hal harus diawali dengan memulai. Maka disinilah posisiku, memulai menulis.
Sebenarnya pernah sesekali terlintas pertanyaan, sebenarnya ada apa antara aku dan menulis. Terkadang kami akur sekali sehingga seperti tidak tepisahkan. Dimana ada aku pasti disitu ada aktifitas menulis, menulis apapun. Terkadang kami seperti malu-malu kucing, padahal mau tapi enggan untuk saling berdekatan. Terkadang seperti pasangan yang sedang LDR an, menahan rindu untuk ketemu, namun hanya bisa untuk menyapa dari jauh, memikirkan dari kejauhan. Terkadang antara aku dan menulis seperti pasangan yang backstreet sembunyi-sembunyi dalam berinteraksi. Terkadang aku dan menulis seperti tidak mengenal sama sekali, aku enggan memulai untuk mendekatinya dan ia enggan untuk hanya sekedar menyapaku meski dengan selintasan ide atau keinginan untuk menjalin kata-kata menjadi untaian kalimat yang menyusun cerita.Dan jadilah begini hubungan kami, tidak jelas. Padahal suatu hubungan jelas butuh kejelasan.
Hingga suatu hari aku bertemu dengan ia yang serius mendekatiku. Ia yang mau mengajakku kedalam komitmen yang lebih serius. Ia yang tak pernah malu, tak pernah enggan, selalu merengkuhku untuk dekat dengan menulis. Hingga pada akhirnya sampailah hubunganku dengan menulis pada komitment yang serius. Antara aku dan menulis, berkomitmen untuk saling berdekatan, bercengkerama, berinteraksi, atau hanya sekedar menyapa setiap harinya. Iya setiap hari.
Serius, setiap hari. Aku dan menulis harus bertemu. Aku dan menulis harus memperkuat ikatan antar kami dengan interaksi intensif. Sepertinya aku dan menulis sudah saatnya membicarakan untuk meningkatkan hubungan kami ke jenjang selanjutnya. Karena aku mengajaknya untuk seriusan dan ia pun mendekatiku untuk lebih seriusan. Gara-gara seriusan akhirnya antara aku dan menulis jadi pasangan tak terpisahkan. Serius, gara-gara SERIUSAN!

*) Seriusan adalah komunitas menulis "Sehari Satu Tulisan", dimana anggotanya wajib menulis sehari satu tulisan.
**) gambar diambil dari: http://www.lelakiberkaraktersurga.com/2016/01/serius-artinya-serius-kok.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please leave your comment here

Translate